Pengembangan Literasi Berbasis Kecerdasan Emosional

Penyampaian materi Talkshow Literasi FAI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Faiq)
Talkshow literasi yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Selasa, 13 Mei 2025 yang berlokasi di Islamic Center UAD menghadirkan Miftachul Huda, M.Si. yang juga merupakan direktur Penerbit Samudra Biru. Pada talkshow kali ini mengangkat tema “Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat: Literasi dan Pendidikan untuk Masa Depan”.
Miftachul Huda menyampaikan bahwa literasi merupakan kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Definisi ini ia ambil dari Pasal 1 Ayat 4 UU No.3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan.
Miftachul menyampaikan bahwa literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca, menulis, menghitung, namun juga mencakup kemampuan literasi budaya, finansial, dan juga digital. Dalam hal ini ia menekankan pada literasi digital yang menurutnya menguras banyak energi karena dapat mendistraksi, terpengaruh, dan terfokus pada handphone.
“Dasar dari literasi merupakan kemampuam membaca dan menulis walaupun sebenarnya lebih dari itu. Kemampuan literasi yang berkembang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Namun kemampuan berpikir kritis saja masih belum cukup untuk mengelola penerimaan informasi dari proses literasi. Kemampuan berpikir kritis ini juga harus dibarengi dengan kebijaksanaan dalam mengelola informasi yang kita terima,” katanya.
Mudahnya akses informasi secara berlebihan dapat merusak pikiran. Rusaknya pikiran ini dapat disebabkan oleh kesehatan mental yang renta sehingga diperlukan kecerdasan literasi berbasis kecerdasan emosional.
Miftachul menjelaskan bahwa manusia awalnya dikendalikan oleh otak emosi. Hal ini menyebabkan manusia dalam bertindak seringkali hanya dilandasi oleh emosi sesaat tanpa menggunakan daya pikir kritisnya. Sehingga manusia perlu menggunakan dua bagian otaknya guna berpikir secara rasional dalam menghasilkan keputusan yang bijak yakni otak emosi dan otak berpikir. Maka kecerdasan emosional merupakan kemampun memaksimalkan otak berpikir dan otak emosi.
“Otak manusia sering kali mudah teralihkan fokusnya sehingga membutuhkan sesuatu untuk hal itu. Maka dibutuhkan mindfulness yaitu kemampuan menghadirkan pikiran penuh dan utuh dalam kehidupan. Prinsip mindfulness memetakan kondisi pikiran yaitu logis, emotif dan bijak. Terdapat beberapa komponen dalam mindfulness diantaranya menyadari perasaan sendiri, mengendalikan emosi dengan baik, memotivasi diri sendiri, empati, menjalin hubungan yang baik,” tandasnya.
Terakhir Miftachul Huda menyampaikan bahwa makna pembelajaran sepanjang hayat ialah menata hati, pikiran, emosi diri untuk menjadi manusia yang lebih baik. (Faiq)