Tim Observatorium UAD Berhasil Amati Komet Tsuchinshan Atlas C/2023 A3
Tim pengamat dari Pusat Studi Astronomi (PASTRON) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berhasil memotret citra Komet Tsuchinshan Atlas C/2023 A3 pada 16 dan 17 Oktober 2024. Capaian tersebut melegakan karena kondisi cuaca sempat menjadi hambatan pada pengamatan sebelumnya. Komet ini teramati di arah langit barat beberapa menit setelah Matahari terbenam. Sebelumnya, tim juga melakukan pengamatan pada 1 hingga 3 Oktober 2024 di waktu subuh, tetapi gagal mendapatkan hasil yang diharapkan karena bagian ufuk timur tertutup awan tebal.
Berdasarkan arahan Yudhiakto Pramudya selaku Ketua Pusat Studi Astronomi UAD, tim pengamat telah memetakan posisi Komet Tsuchinshan Atlas C/2023 A3 setiap harinya sejak awal hingga akhir Oktober. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi kondisi cuaca dan terangnya sinar bulan purnama. Citra komet berhasil didapatkan di Observatorium UAD dengan menggunakan kamera Canon EOS 80D dan teleskop William Optics 71mm.
Tim pengamat terdiri atas Cintha Ayu Wandira dan M. Khairul Ardi dari Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Muhammad Maulidan dari Program Studi Fisika, Ami Lia Calista dari Program Studi Sastra Inggris, dan Sri Wahyuni dari Program Studi Pendidikan Fisika. Mereka memulai pengamatan pada tanggal 16 dan 17 Oktober pada pukul 17.30 WIB hingga berhasil mendapat citra komet.
Komet ini menarik untuk diamati karena tingkat kecemerlangannya relatif bagus untuk dipotret dengan kamera yang sederhana, bahkan dari kamera ponsel. Komet Tsuchinshan Atlas C/2023 A3 adalah komet langka yang pertama kali ditemukan pada awal 2023 oleh Observatorium Tsuchinshan di Tiongkok dan teleskop Asteroid Terrestrial-Impact Last Alert System (ATLAS) di Afrika Selatan. Nama komet ini merupakan gabungan dari nama kedua lokasi tempat pertama kali diamati. Komet tersebut juga merupakan pendatang yang sangat jauh, lokasi asalnya diperkirakan berasal dari Awan Oort yang mana lokasi awan ini jauh dari tata surya, diperkirakan sekitar 2.000 sampai 5.000 kali lipat lebih jauh daripada jarak Matahari ke Bumi.
Terdapat banyak komet berperiode panjang yang berasal dari Awan Oort. Berperiode panjang dapat diartikan bahwa suatu komet menyelesaikan satu siklus revolusi dalam waktu yang sangat lama. Komet Tsuchinshan Atlas C/2023 A3 akan kembali mendekati Bumi setelah 80.000 tahun mendatang. Jadi, momen ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan data citra komet sebelum komet ini sulit untuk diamati lagi.
Komet mempunyai gerak revolusi yang membuat suatu kala posisinya mendekati Matahari. Pada awal Oktober, Komet Tsuchinshan Atlas C/2023 semakin mendekati Matahari hingga komet ini dapat diamati sebelum Matahari terbit di ufuk timur. Semakin bertambah hari, komet ini semakin mendekati Matahari dan terlihat sangat dekat. Komet dapat teramati karena badan komet terbakar oleh radiasi panas Matahari sehingga menyebabkan terbentuknya ekor komet yang terdiri atas ekor debu dan ekor ion.
Ekor ini memberikan informasi penting mengenai komposisi material purba dari tata surya. Setelah sangat dekat hingga sulit diamati akibat terangnya sinar Matahari, komet ini bertahap menjauhi Matahari untuk kembali ke Awan Oort. Pada tahap ini, komet teramati di ufuk barat setelah Matahari terbenam. Hal ini terjadi karena komet berasal dari tepian tata surya.
Pengamatan komet seperti Tsuchinshan Atlas C/2023 A3 sangat penting untuk penelitian astronomi karena dapat mengungkap informasi berharga tentang formasi awal tata surya. Sebagai salah satu benda langit tertua, komet membawa “fosil” dari material yang membentuk planet dan bulan miliaran tahun lalu. Selain itu, pemahaman lebih lanjut tentang orbit komet dan perilakunya membantu mengidentifikasi potensi ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh benda langit serupa terhadap Bumi.
Tim Observatorium UAD bangga atas keberhasilan pengamatan ini, sehingga ke depannya diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang komet dan asal-usul tata surya serta membuka peluang penelitian lebih lanjut di masa depan. Oleh karena itu, perlindungan langit dari tingginya polusi cahaya di sekitar Observatorium UAD dilakukan agar semakin banyak data astronomi yang bisa diperoleh. (doc)