Imam Mahdi: Merancang Inovasi, Mengabdi Lewat Prestasi

Imam Mahdi, Wisudawan Berprestasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto Imam Mahdi)
Dari sudut laboratorium hingga podium prestasi nasional, Imam Mahdi, mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan (UAD), telah membuktikan bahwa konsistensi, keberanian, dan semangat sosial dapat menjelma menjadi capaian luar biasa. Pada Wisuda UAD Periode III Tahun Akademik 2024/2025, Imam dinobatkan sebagai Wisudawan Berprestasi Kegiatan Kemahasiswaan Bidang Akademik, berkat rekam jejaknya yang mengesankan di berbagai ajang akademik nasional.
Lahir dan dibesarkan di Cirebon, Imam bukan berasal dari jalur yang awalnya ditakdirkan menuju dunia teknik. Sejak SMA, ia dikenal sebagai peserta aktif Olimpiade Biologi dan sempat bercita-cita masuk Fakultas Kedokteran. Namun kecintaannya pada reaksi kimia dan mekanisme ilmiah akhirnya mengarahkan langkahnya ke Teknik Kimia, pilihan yang belakangan ia syukuri sepenuhnya.
Dalam perjalanan akademiknya, Imam dikenal sebagai sosok tangguh yang tak ragu terjun ke medan praktik dan kompetisi. Ia aktif di PKM Center UAD selama dua periode, serta bergabung dalam tim Chem E-Car, menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan teknologi terapan. Salah satu momen paling membekas adalah ketika timnya meraih dua penghargaan sekaligus dalam ajang PPK ORMAWA 2024, serta saat ia berhasil mewujudkan alat bantu untuk anak disleksia melalui PKM-KC 2023.
“Saya tidak pernah membayangkan bisa duduk di tribun Abdidaya, menanti pengumuman penghargaan nasional. Itu momen yang benar-benar tak terlupakan,” kenangnya. Baginya, kebahagiaan terbesar justru datang ketika melihat anak-anak disleksia tersenyum bukti nyata bahwa inovasi ilmiah dapat menyentuh kehidupan nyata.
Namun, prestasi tidak lahir dari ruang kosong. Imam kerap dihadapkan pada benturan antara jadwal responsi praktikum, pekerjaan, dan agenda kompetisi. Pernah suatu kali, ia harus menyelesaikan seleksi mahasiswa berprestasi dan responsi praktikum dalam waktu bersamaan, hingga akhirnya menangis karena tekanan tersebut.
“Saya mengandalkan skala prioritas dan estimasi waktu pengerjaan agar semuanya tertata,” ungkapnya, menekankan pentingnya perencanaan dalam menghadapi tuntutan multiperan.
Imam mengaku banyak terinspirasi oleh sosok B.J. Habibie, namun ia juga tak menafikan bahwa lingkungan dan teman-temannya turut membentuk dirinya. Ia percaya bahwa menjadi hebat bukan hanya soal kemampuan, tetapi juga soal berada di tempat yang mendukung untuk tumbuh. “Dan UAD adalah salah satunya,” ucapnya.
Dengan IPK 3,83, prestasi nasional, dan kontribusi dalam riset dan teknologi terapan, Imam bukan hanya wisudawan, tetapi juga sosok pemuda tangguh yang siap menjadi agen perubahan. Ia berpesan kepada mahasiswa aktif untuk tetap waras dalam menjalani kuliah, dan menjadikan penyelesaian studi sebagai prestasi untuk hidup ke depannya. Dan untuk sosok yang tak pernah ia lupakan, Imam menyampaikan pesan tulus, “Halo Pak Totok, terima kasih karena telah menjadi bagian penting dalam perjalanan ini. Semoga Bapak selalu sehat dan bahagia.” (Mawar)