Inisiasi Gerakan Keluarga Sehat dan Lingkungan Bersih

Inisiasi Program Kampung Iklim dan Kabar Besti di Dusun Bogem, Pandak, Bantul oleh Mahasiswa KKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Periode 145 Unit VI.D.2 (Foto. KKN UAD)
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pada April 2025 lalu dalam siaran pers menyebut bahwa awal musim kemarau di Indonesia cukup sulit diprediksi. Pasalnya, tercatat sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan mengalami musim kemarau di mana jumlah ini akan terus meningkat di bulan-bulan berikutnya. Selain itu, wilayah yang terdampak juga semakin luas termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua. Meskipun iklim global masih berada di fase netral, namun suhu permukaan laut di Indonesia cenderung lebih tinggi. Kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga September 2025 yang tentunya dapat mempengaruhi cuaca lokal.
Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang bersumber dari aktivitas manusia berperan signifikan dalam mempercepat perubahan iklim global, termasuk kontribusi yang ditimbulkan dari asap rokok. Setidaknya, industri tembakau menghasilkan jutaan metrik ton karbon dioksida setiap tahunnya. Kondisi yang demikian nyatanya tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, tetapi juga status kesehatan seseorang termasuk gagal tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis (stunting).
Menyoroti fenomena tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Periode 145 Unit VI.D.2 menggelar inisiasi gerakan keluarga sehat dan lingkungan bersih melalui Program Kampung Iklim (Proklim) dan Program Keluarga Bebas Asap Rokok, Bebas Stunting (Kabar Besti) pada 31 Agustus 2025 di Dusun Bogem, Pandak, Bantul. Menyasar kepada ibu-ibu warga setempat, Dr. Heni Trisnowati, S.KM., M.PH., didapuk sebagai narasumber.
Proklim merupakan gerakan nasional berbasis komunitas dibawah naungan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk menguatkan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Kabar Besti merupakan gerakan yang berfokus pada pengendalian konsumsi rokok di kalangan orang tua balita sekaligus upaya pencegahan stunting.
“Paparan asap rokok dengan stunting memang tidak berhubungan secara langsung, tetapi ketika anak-anak sering terpapar asap rokok maka akan lebih mudah terserang penyakit. Hal ini karena mereka kesulitan menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi. Data P2PTM Kemenkes RI dan berbagai riset menunjukkan bahwa anak yang tinggal bersama perokok aktif cenderung mengalami gangguan pernafasan. Meskipun dalam jumlah kecil, asap rokok tetap bisa meningkatkan risiko ISPA, asma, dan stunting,” ujarnya.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat menjadi wadah yang strategis dalam meningkatkan status kesehatan para anggotanya. Melalui program Kampung Iklim, warga didorong untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklm melalui sumber energi terbarukan seperti panel surya, biogas dari kotoran hewan, kompor biomassa hemat energi, hingga penggunaan lampu jalan tenaga surya.
“Langkah-langkah sederhana ini dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan, menekan deforestasi, dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil,” jelas Dr. Heni.
Ia juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam menciptakan lingkungan sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah dan saluran air, memberikan makanan bergizi seimbang, menerapkan ASI eksklusif bagi bayi, serta rutin memantau tumbuh kembang anak melalui Posyandu. Dalam Program Kabar Besti, masyarakat dihimbau untuk tidak merokok di dalam rumah, tidak merokok dekat anak dan balita, mengalihkan uang belanja rokok untuk makanan bergizi, serta idak membuang putung rokok sembarangan.
Menurut Dr. Heni, dua gerakan ini dapat membawa dampak positif yang nyata seperti peningkatan kualitas udara, penurunan kasus ISPA, pertumbuhan anak yang optimal dan bebas stunting, serta lingkungan yang lebih asri sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (ish/tim KKN UAD)