Mahasiswa UAD Eksplorasi Budaya Papua Melalui Program PMM Kemendikbudristek RI
Safira Mawadda, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Papua. Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI). Program ini memberikan kesempatan dan mobilitas kepada mahasiswa seluruh Indonesia untuk mencari dan mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi di Indonesia.
Perempuan yang kerap disapa Fira itu melaksanakan PMM di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong Provinsi Papua Barat Daya selama 4 bulan, sesuai dengan jangka waktu ditentukan oleh kalender akademik masing-masing kampus tujuan. Tujuan umumnya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat mengunjungi berbagai daerah di Indonesia dan menunjukkan kepada para mahasiswa tentang keberagaman suku, alam, budaya, dan yang lainnya di negeri ini. Ia berkesempatan bertemu dengan beragam mahasiswa yang berasal dari seluruh Indonesia. Pada PMM Batch 4 yang ia ikuti, terdapat 284 mahasiswa dari 155 universitas.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, Fira juga mengenal budaya, adat, suku, dan keindahan alam di Papua Barat Daya. Ada salah satu kegiatan yang dilaksanakan seminggu satu kali dan biasanya di akhir minggu yaitu kegiatan Modul Nusantara. Kegiatan ini mengunjungi suatu tempat yang memiliki cerita di dalamnya untuk dipelajari perbedaannya maupun keunikannya.
Beberapa tempat yang ia kunjungi saat melakukan Modul Nusantara antara lain Rumah Etnik Papua, Pulau Yerusel, Hutan Lindung, Pulau Um, Kampung Mibi, Rumah Ukir Sanggar Araima, Raja Ampat, dan dirinya juga melakukan kontribusi sosial berupa penanaman mangrove di pesisir sekaligus mengajar di Sekolah Dasar.
Pengalaman menarik bagi Fira yaitu saat mendekati kepulangan karena ia berkesempatan berkunjung di Pulau Matan. Pulau Matan berada di wilayah Raja Ampat. Ia menyeberang menggunakan perahu. Sesampainya di Pulau Matan, disajikan pemandangan yang luar biasa, hamparan pasir putih dan air laut yang sangat jernih, banyak biota laut di dalamnya seperti ubur-ubur, bintang laut dan ikan-ikan kecil yang sangat indah serta menakjubkan.
Di pulau tersebut tidak ada aliran listrik sama sekali, bahkan sinyal juga kerap hilang. Ia bermalam di Pulau Matan bersama rekan PMM lainnya. Penerangan malam saat itu hanya mengandalkan cahaya dari senter gawai dan juga cahaya bulan yang cukup terang.
“Di sana saya mengetahui banyak budaya yang sebelumnya belum diketahui. Selain itu juga mengenal banyak orang dari berbagai suku dan pulau, mendapatkan pengalaman baru yang beragam, mengunjungi tempat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya,” ujar Fira. (Dilla)