Muhammad saw. sang Teladan: Wujudkan Keseimbangan Ilmu dan Amal Saleh dalam Kehidupan
Pengajian peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. digelar pada Sabtu, 18 Rabi’ul Awal 1446 H bertepatan dengan 21 September 2024 M. Acara ini diinisiasi oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), yang diikuti oleh pimpinan dan pejabat struktural di lingkungan UAD. Dr. Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A. selaku Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY didapuk menjadi penceramah.
Di dalam Muhammadiyah, peringatan Maulid Nabi dikategorikan dalam ijtihadi istishlahi. Artinya boleh dilakukan dengan syarat tidak menjurus kepada hal-hal yang maksiat dan merugikan. Sebagai warga Muhammadiyah tentunya segala sesuatu yang dilakukan harus ada manfaat, karena Kiai Dahlan mengajarkan cara berpikir kontekstualisasi ajaran ke dalam kehidupan sehari-hari, pragmatis dalam bentuk kebermanfaatan, dan strukturalis tentang bagaimana agama itu diterjemahkan ke dalam tajdid dan ijtihad.
“Orang tua kita telah mengenalkan Nabi saw., sehingga kita benar-benar mengetahuinya. Misi orang tua ketika memiliki keturunan yaitu mengenalkannya pada Tuhan dan Nabi. Kita pantas bersyukur bahwa Rasulullah hadir membawa rahmat dan anugerah tiada tara, sehingga pada akhirnya kita paham dan sadar bahwa Nabi saw. merupakan penantian umat manusia di akhir zaman. Sungguh amat rugi bagi manusia yang tidak paham,” terang Ikhwan.
Ia melanjutkan, “Implementasi syukur atas hadirnya Nabi saw. di dalam kehidupan haruslah diwujudkan ketika kita menjadi hamba Allah, di dalam kehidupan spiritual religius baik dalam bersosial maupun di dalam profesi,” tuturnya.
Seorang antropolog Prancis, Alphonse de Lamartine, di dalam bukunya menuliskan bahwa Nabi Muhammad saw. bukan sekadar utusan Tuhan. Ia menjelaskan bahwa Rasulullah adalah orang yang secara filsuf amat sangat cerdas, pejuang yang gigih, dan pembaru atas dogma yang betul-betul melingkupi zaman kejahiliahan dulu. (Lusi)