Usung Prototipe Aplikasi Ramah Disleksia, Mahasiswa UAD Raih Bronze Medal
Tim mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang beranggotakan Izzani Fathur Rizki, Imam Mahdi, Asna Adira Finan, dan Zulfatin Nafisah, di bawah bimbingan Guntur Maulana Zamroni, B.Sc.,M.Kom. berhasil meraih bronze medal dalam Lomba Esai Tingkat Nasional (LETIN) 2023. Kegiatan ini diselenggarakan oleh kerja sama antara komunitas Nusantara Muda dan Universitas Triatma Mulya, Bali.
Tim UAD mengusung judul “BrainFlow: Prototipe Ramah Disleksia Guna Mengembangkan Pemahaman dan Minat Membaca”. Disleksia diartikan sebagai kesulitan dalam mengeja, membaca, ataupun menulis. Penyandang disleksia memiliki struktur dan fungsi otak yang berbeda dibandingkan dengan manusia normal. Hal inilah yang membuat penyandang disleksia memiliki cara belajar yang berbeda.
Data menunjukkan disleksia dapat terjadi pada 1 dari 10 anak di usia sekolah atau sekitar 10%‒15% dari populasi. Data ini sejalan dengan ungkapan Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia yang memperkirakan sekitar 5 juta dari 50 juta anak sekolah yang menderita disleksia pada tahun 2014. Artinya pada rata-rata setiap kelas dengan jumlah 25 siswa, terdapat 2 sampai 3 siswa yang mengalami disleksia. Sayangnya, keberadaan sekolah inklusi disleksia masih minim. Padahal mereka sangat memerlukan perhatian dan pembelajaran khusus guna mengembangkan kemampuan dasar akademik, seperti membaca.
“BrainFlow hadir sebagai penunjang untuk mengatasi dan meminimalisir permasalahan yang terjadi di sekolah khusus disleksia, guna membantu anak-anak belajar membaca dengan metode baru berbasis prototipe,” papar Asna saat diwawancarai.
Tak hanya itu, BrainFlow juga menyediakan informasi seputar disleksia melalui YouTube Room bagi para orang tua maupun pendidik. Secara keseluruhan, prototipe BrainFlow merupakan aplikasi layanan belajar kreatif berbasis android yang dapat diakses oleh anak, orang tua, dan para pendidik disleksia untuk meningkatkan daya ingat dan kemampuan membaca siswa disleksia di Indonesia.
Keunggulan prototipe BrainFlow terdapat pada 2 fitur utamanya. Learning, fitur yang berisi tahap awal belajar dan perkenalan alfabet yang mempunyai bentuk hampir mirip dengan tambahan simbol khusus, sehingga tercipta pemahaman alfabet yang sama.
“BrainFlow juga menyediakan Youtube Room yang bertujuan untuk memudahkan pengajar maupun orang tua penyandang disleksia dalam mencari referensi media pembelajaran lainnya serta memberikan informasi mengenai disleksia.”
Fitur kedua adalah game, yang bisa digunakan saat penyandang disleksia telah mempelajari alfabet sebagai relaksasi otak. Terdapat 3 jenis gim yang dapat meningkatkan memori anak dalam mengingat alfabet. Diharapkan fitur kedua ini tidak hanya sebagai pengusir stres dan penghibur diri, tetapi juga bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi serta kemampuan belajar anak.
“Sejujurnya target kami emas ya untuk bidang pendidikan ini, tetapi dengan diraihnya medali perunggu, kami tetap bersyukur karena mampu bersaing dan unggul dibandingkan dengan universitas ternama lain di Indonesia,” kata Anas.
“Setelah melewati proses perlombaan yang panjang disertai kesulitan dan medali di akhirannya, kami tidak mau berhenti di situ saja, intinya jangan mudah puas. Juri perlombaan di sana juga menyarankan agar prototipe ini dikembangkan lebih lagi dan jalinlah kerja sama dengan dinas terkait juga pemerintahan pusat karena mereka meyakini bahwa ide kami sangat diperlukan bagi kesejahteraan pendidikan penyandang disleksia,” imbuhnya. (eka)