KKN Anak Bangsa UAD Sosialisasikan Anti Hoaks dan Anti Perundungan
Mahasiswa yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Anak Bangsa ke-VIII Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan bertempat di Dusun Mamba Nae, Desa Karampi, Bima, Nusa Tenggara Barat, mengadakan sosialisasi dan kampanye anti hoaks serta anti perundungan di SMP N 4 Langgudu. Acara tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 25 Februari 2023.
Program ini berangkat dari kolaborasi keilmuan antaranggota Unit I.A.3 dan juga melihat kondisi desa. Di era perkembangan teknologi yang makin pesat serta arus deras informasi yang tersebar hingga ke pelosok negeri, ternyata belum begitu menyentuh Desa Karampi. Akses jaringan internet di desa tersebut terbilang masih cukup lambat dan hanya bisa diakses di titik tertentu, seperti pesisir pantai. Akhirnya, penyebaran berita dan informasi pun sering terhambat.
Meski begitu, pemahaman tentang hoaks atau berita palsu tetap harus menjadi perhatian. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman. Pasti akan merugikan banyak pihak jika mendapat informasi terlambat karena jaringan internet, terlebih lagi ternyata informasi itu hanya hoaks. Selain itu, perundungan di sekolah juga bukan hal asing lagi sehingga perlu adanya kesadaran dalam diri siswa untuk menghargai satu sama lain.
Acara ini diisi oleh Tiara Dyah Murdaningrum dari Program Studi Sistem Informasi dengan topik anti hoaks dan Nabila Mayalibit dari Program Studi Pendidikan Agama Islam dengan topik anti perundungan. Sosialisasi direspons baik oleh Kepala Sekolah SMP N 4 Langgudu. “Edukasi ini juga membentuk siswa untuk memahami literasi digital dan bagaimana berperilaku yang baik antarsesama, karena khusus di sini jaringan terbilang terbatas. Namun, kami tetap mewadahi semampunya agar siswa paham tentang teknologi,” tutur Usman, S.Pd.
Tiara mengawali materinya dengan pengantar seputar dampak positif dan negatif dari teknologi. Selanjutnya disampaikan terkait bijaksana dan cerdas dalam menerima informasi pesan melalui gawai. “Cermati baik-baik fakta informasi dalam berita, hati-hati terhadap kalimat provokatif, dan berpikirlah secara kritis. Berita hoaks cukup berhenti di kamu,” ujarnya dengan mantap kepada seluruh siswa.
Lebih lanjut, menilik kasus perundungan yang terjadi terus meningkat di Indonesia, khususnya di lingkungan sekolah menengah, kampanye anti perundungan harus senantiasa digalakan. Hal ini bisa menjadi sarana edukasi, khususnya sebagai dasar pendidikan karakter siswa di sekolah. Seperti yang diucapkan Nabila, “Semua orang memiliki keunikan dan keragaman tubuh masing-masing, maka kita harus saling menghargai itu. Bukan saling mengejek atau menjatuhkan.” (tir/roy)