Inovasi Tim Jelantina Raih Juara 3 Lomba Poster

Tim Jelantina PPG Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Tim Jelantina)
Di balik aroma khas lilin aromaterapi yang menenangkan, tersimpan kisah inspiratif dari para calon guru yang ingin menghadirkan perubahan dari hal sederhana. Mereka adalah Tim Jelantina, mahasiswa Program Profesu Guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PPG PGSD) Kelas A Kelompok C Universitas Ahmad Dahlan (UAD), yang menyulap limbah minyak jelantah menjadi produk bernilai guna dan berhasil meraih Juara 3 Lomba Poster Proyek Kepemimpinan dalam kegiatan Gelar Karya PPG UAD pada 19 Mei 2025.
Mengangkat judul “Jelantina: Minyak Jelantah sebagai Bahan Dasar Lilin Aromaterapi–Solusi Ramah Lingkungan untuk Mati Lampu (Studi Kasus di Samigaluh, Kulon Progo),” tim ini menawarkan lebih dari sekadar visual menarik. Poster mereka merupakan cerminan nyata dari sebuah proyek pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan.
Dengan pendekatan yang kreatif, proyek ini mengangkat masalah seringnya mati listrik di Dusun Sidoharjo, Samigaluh, dan menawarkan alternatif penerangan melalui lilin berbahan minyak jelantah. “Kami ingin mengangkat isu pengelolaan limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah, yang sering dibuang sembarangan. Padahal, itu bisa diolah jadi lilin aromaterapi yang ramah lingkungan dan ekonomis,” jelas Defina, salah satu anggota tim.
Nama “Jelantina” sendiri adalah gabungan dari kata “jelantah” dan “tina” yang berarti cahaya, mewakili slogan mereka, “Dari yang Terbuang Menjadi Cahaya Kehidupan.” Dari pemilihan tema hingga pelaksanaan workshop bersama warga, tim ini membangun proyek mereka dari riset mendalam, desain visual yang edukatif, hingga pengalaman langsung di lapangan.
Mereka tidak hanya menghadapi tantangan teknis seperti desain poster, tetapi juga kesulitan geografis. Medan menuju Samigaluh yang curam, sempit, dan terbatas jaringan komunikasi menjadi ujian tersendiri. “Kami harus mengatur logistik dengan matang dan membangun komunikasi langsung secara tatap muka dengan warga. Ternyata, itu justru mempererat hubungan kami,” ujar Aulia.
Di balik poster yang tampak sederhana, ada pembagian peran yang rapi dalam tim. Ada yang bertanggung jawab atas desain, dokumentasi, acara, konsumsi, hingga humas. Semua bekerja bahu membahu demi keberhasilan proyek dan presentasi poster. Momen paling emosional bagi mereka bukan hanya saat menerima penghargaan, tetapi ketika pertama kali menginjakkan kaki di Samigaluh dan disambut hangat oleh masyarakat. “Warga sangat antusias, bahkan berharap kegiatan serupa bisa terus dilaksanakan. Itu membuat kami terharu dan semakin sadar bahwa ilmu harus kembali pada masyarakat,” kenang Amalia.
Rasa syukur juga dirasakan seluruh tim saat diumumkan sebagai juara. “Kami sangat senang dan bangga. Ini jadi bukti bahwa ide sederhana pun bisa diapresiasi. Kami jadi lebih percaya diri untuk terus berkarya,” kata Atika. Makna kemenangan ini tak hanya menjadi pengalaman manis, tapi juga refleksi sebagai calon pendidik.
“Sebagai calon guru, kami belajar bahwa pendidikan bukan sekadar di ruang kelas. Tapi juga tentang memberi contoh, menjadi inspirasi, dan menghadirkan solusi nyata untuk masyarakat,” lanjut Agung. Bagi dunia pendidikan, proyek ini menjadi contoh konkret pembelajaran yang mengajarkan keterampilan abad 21, seperti kolaborasi, inovasi, kepedulian sosial, dan pemecahan masalah.
Tim Jelantina berharap poster ini dapat disebarluaskan sebagai media edukasi tentang pentingnya pengelolaan limbah secara kreatif. Mereka juga berambisi mengembangkan proyek ini lebih jauh sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, termasuk melalui kolaborasi dengan sekolah atau lembaga lain. “Pesan kami, tetaplah berinovasi dan ciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal kecil pun bisa berdampak besar,” ujar Anggie penuh semangat. (Mawar)