Stunting dalam Islam: Stunting Masihkah Genting?
Kegiatan rutin Ramadan di Kampus (RDK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tak terasa sudah memasuki hari ke-12 bertepatan dengan 22 Maret 2024. Pada hari itu, RDK melangsungkan Kajian Jelang Berbuka Puasa yang dimoderatori oleh Mustika Devi, M.Pd. dengan Ustazah Yuniar Wardani, S.K.M., M.P.H., Ph.D. sebagai penyampai materi kajian. Ia merupakan dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Kesehatan Masyarakat UAD, Divisi Kesehatan Masyarakat, Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Memiliki latar belakang di bidang kesehatan masyarakat, Ustazah Yuniar memaparkan, “Stunting sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan. Tentunya, hal itu memengaruhi gangguan perkembangan otak di usia dewasa dan menjadi beban pembangunan. Ketika akademisi memperhatikan hal ini, sudah pasti merupakan sebuah kegentingan.”
“Stunting dalam perspektif Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 233, dijelaskan bahwa ibu diperintahkan untuk menyusui anaknya selama dua tahun penuh. Kata kunci kedua, Allah Swt. tidak pernah membebani hambanya melainkan menurut kadar kesanggupannya. Siklus stunting adalah sebuah siklus sepanjang hayat yang dimulai sejak anak itu lahir kemudian masuk usia remaja, usia subur, hamil, menyusui, dan lansia,” lanjutnya. Namun, kondisi di lapangan ternyata sulit untuk menanggulangi stunting jika sudah terjadi pada bayi atau balita, karena walaupun sudah diberi makanan yang bergizi hanya sedikit berat badan yang naik. Di tangan remajalah proses pencegahan stunting itu dimulai, yakni kecukupan energi dan terhindar dari anemia.
Lantas, bagaimana kecukupan gizi remaja saat ini?
Ustazah Yuniar memaparkan, “Hikmah dalam Surah Al-Baqarah ayat 168 mengingatkan umat manusia untuk memilih makanan yang halal dan baik, yang dapat memberikan nutrisi yang seimbang dan cukup untuk tubuh. Selain itu juga menekankan agar manusia tidak terpengaruh oleh godaan setan yang dapat membawa pada perilaku yang merugikan, termasuk pemilihan makanan yang tidak sehat yang bisa menyebabkan stunting.”
Pada era Jahiliah, yang akrab dengan fenomena pembunuhan anak, memberi kita pelajaran bahwa terkadang beberapa orang tua takut akan berkurang rezekinya jika mereka mempunyai anak. Padahal, Allah-lah yang memberi anak itu rezeki, setiap anak memiliki hak atas kehidupan yang layak dan sebagai orang tua, harus yakin bahwa rezeki datangnya dari Allah Swt. Oleh karena itu, menyerukan agar manusia memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi itu keharusan, sehingga dapat mempertahankan kesehatan tubuh dan mencegah stunting. Tentu saja, dalam makan kita juga tidak boleh israf atau berlebihan.
Terakhir, Ustazah Yuniar berpesan, “Mari menengok kembali sudahkah kita memberikan apa yang harus diberikan kepada anak terkait kebutuhan gizi? Al-Qur’an menyerukan umat Islam untuk proaktif memerangi stunting dengan memberikan anak makanan bergizi dan sehat dengan memastikan mereka hidup dalam lingkungan yang mendukung kesehatan fisik, kecerdasan emosi, dan spiritual. Berpuasa salah satu upaya untuk mengistirahatkan sistem pencernaan tubuh dan agar tidak termasuk orang yang berlebihan dalam makan dan minum dengan berbuka yang berkualitas, karena stunting juga merupakan kesenjangan dan tanggung jawab sosial semua sektor.” (Uln)