Kisah Hanif, Mahasiswa UAD Peraih Dua Prestasi dalam Lomba Esai ADIYC #3 2025

Lantip Nan Hanif, Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia UAD (Foto. Salsya)
Lantip Nan Hanif, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia (Sasindo) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), berhasil meraih dua prestasi dalam Lomba Esai Ahmad Dahlan International Youth Camp (ADIYC) #3 2025. Acara ini diselenggarakan oleh kolaborasi UAD dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) pada 26–28 Oktober 2025.
Dua prestasi yang diraih Hanif di antaranya **Juara III Best Presenter dan **Juara Honorable Mention I Best Essay. Ia mengangkat topik afiksasi atau morfologi yang merupakan tantangan baginya, dengan judul “Affixation in Poetry: A Study of ‘Aku Ingin’ by Sapardi Djoko Damono”.
“Alasan saya memilih judul ini sebenarnya sangat pribadi dan mungkin sedikit unik. Saya memilih topik ini (afiksasi/morfologi) justru karena merasa kurang memahami mata kuliah tersebut. Ini adalah salah satu materi yang saya anggap paling menantang selama kuliah,” ujar Hanif.
“Jadi, saya putuskan untuk menjadikan kelemahan saya ini sebagai topik lomba. Dengan cara ini, saya ‘memaksa’ diri saya untuk belajar lebih dalam, meneliti, dan menguasainya agar bisa menghasilkan karya terbaik. Ini adalah cara saya mengembangkan diri dari sesuatu yang saya anggap sulit,” tambahnya.
Hanif mempersiapkan ajang kejuaraan ini dalam kurun waktu kurang lebih empat minggu. Prosesnya dimulai dengan melakukan riset dan analisis, lalu menganalisis puisi “Aku Ingin” kata demi kata, kemudian dilanjutkan ke tahap menulis.
“Bisa dibilang persiapan intensif saya memakan waktu kurang lebih empat minggu. Tahap pertama yang saya lakukan adalah riset dan analisis serta mengkaji teori morfologi dan strukturalisme, lalu menganalisis puisi ‘Aku Ingin’ kata demi kata. Setelah riset selesai, saya masuk ke tahap penulisan esai, yaitu menyusun naskah secara sistematis mulai dari abstrak, pendahuluan, metode, analisis, hingga kesimpulan,” ungkap Hanif.
Hanif mengakui bahwa dukungan dari orang tua, bimbingan dosen pembimbing akademik, serta dukungan semangat dari kakak tingkat dan teman-teman seperjuangan menjadi motivasi baginya untuk mengikuti ajang tersebut.
“Tentu motivasi utama yang paling besar adalah support system saya. Dorongan tanpa henti dari orang tua, bimbingan dari dosen pembimbing akademik, serta dukungan semangat dari kakak tingkat dan teman-teman seperjuangan, itu semua yang membuat saya berani maju,” ucap Hanif.
“Harapannya, saya ingin terus berkontribusi dan berprestasi agar tetap bisa mempertahankan beasiswa saya di UAD. Semoga penelitian ini bisa memberikan perspektif baru bagi siapa saja yang membaca puisi, bahwa setiap pilihan kata dan imbuhan (afiksasi) dalam puisi itu memiliki peran penting dalam membangun makna,” tutupnya. (Salsya)
